Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Dengan Budaya Positif
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Dengan Budaya Positif
Pendidikan merupakan awal mula berkembangnya suatu peradaban. Dengan adanya pendidikan, manusia sebagai makhluk sosial menjadi paham dan mengetahui seluk beluk kehidupan. Tidak hanya itu, melalui pendidikan semua persoalan yang ada dapat ditemukan jalan keluarnya karena pendidikanlah yang melatih akal pikran manusia untuk berkembang dan memperbaiki budi pekerti pula. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Jadi, pendidikan adalah pembelajaran akan segala aspek kehidupan yang secara turun temurun diwariskan sehingga ilmu pengetahuannya tidak akan hilang dengan cara pengajaran, pelatihan,atau penelitian.
Bapak Ki Hadjar Dewantara sendiri memiliki filosofi dalam dunia pendidikan. Filosofi pendidikan tersebut yaitu guru sebagai aktor, motivator, dan fasilitator. Guru sebagai aktor yaitu guru menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik, semua tingkah laku, sifat, kebiasaan, dan penampilan dari seorang guru dapat menjadi cermin bagi peserta didiknya. Selanjutnya guru sebagai motivator. Dalam hal ini seseorang yang berprofesi sebagai guru akan selalu dipandang sebagai guru juga dilingkungan masyarakat tempat tinggalnya, dimanapun guru itu berada maka ia akan selalu menjadi tempat untuk mendapatkan saran, ide, dan masukan bagi orang-orang disekitarnya. Jika dilingkungan sekolah, guru akan selalu memberikan dukungan berupa moril kepada peserta didiknya supaya peserta didik akan terus menantikan kehadiran guru tersebut, karena setiap perjumpaannya selalu diselingi dengan untaian kata-kata motivasi yang mampu menusuk relung hati peserta didiknya sehingga peserta didik akan selalu merindukan hal tersebut. Kemudian, guru sebagai fasilitator. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan yang sama, pastinya kemampuan mereka itu heterogen. Setiap apa yang diperlukan peserta didik misalnya ada materi yang belum dipahami maka peserta didik dapat menayakan materi tersebut kepada guru, karena guru itulah yang menyediakan apa yang belum dimiliki oleh peserta didik yaitu ilmu pengetahuan dan budi pekerti.
Semboyan pendidikan Indonesia yang juga berasal dari Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sungtulodho, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani. Semboyan pendidikan tersebut telah sesuai dengan sistem pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya pendidikan adalah tempat untuk mengembangkan dan melatih mental, psikis, dan juga kognitif. Dari sinilah karakter dapat terbentuk dengan adanya budaya positif yang selalu diterapkan di sekolah.
Menurut saya relevansinya dengan konteks pendidikan Indonesia dan di sekolah saya saat ini adalah sangat berkaitan hubungannya karena di sekolah saya pun sudah dikembangkan pendidikan yang memerdekakan peserta didik contohnya saja saat pandemi sudah mulai menyerang Indonesia dan masuk ke Kota Palembang khususnya, sekolah saya mulai berpikir untuk bagaimana caranya supaya peserta didik masih memperoleh pendidikan dan pengajaran sebagaimana mestinya, karena hak peserta didik adalah mendapat pendidikan dan pengajaran. Maka sekolah saya langsung cepat tanggap untuk menggunakan aplikasi ZOOM sebagai media pengajaran dimasa pandemi. Di sekolah saya sudah menggunakan media ZOOM sejak April 2020.
Menurut saya, saya sudah sedikit demi sedikit menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran didalam kelas, namun pada pelaksanaannya sudah barang tentu ada kendala yang dihadapi seperti ada peserta didik yang merasa dirinya terlalu diperhatikan, atau timbul kecemburuan sosial antar peserta didik, dan sebagainya.
Kemerdekaan sebagai seorang guru adalah guru dapat menyampaikan pengajaran dan pendidikan tanpa adanya kekangan dari kurikulum dan lebih banyak mengajarkan budi pekerti di kelas. Selain itu, kemerdekaan seorang guru juga bukan hanya mengajar didalam kelas melainkan juga dalam hal administrasi yang menuntut guru untuk melengkapi administrasi yang lumayan panjang alurnya demi mendapatkan persamaan dengan guru pegawai negeri.
Bentuk kemerdekaan tersebut diantaranya saya terapkan saat awal tahun di bulan Januari ini. Saya selaku wali kelas VII, memulai awal tahun ini dengan membuat kesepakatan kelas. Awalnya murid kelas VII merasa segan atau malah sungkan saat saya persilakan mereka untuk menyampaikan keinginan mereka di kelas, namun setelah saya yakinkan mereka, akhirnya mereka mau untuk menyampaikan kesepakatan kelas sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pembelajaran dalam proses belajar sambil bermain dan dilakukan diluar kelas merupakan cerminan pemikiran dari Bapak Ki Hadjar Dewantara. Karena hal tersebut dapat membuat peserta didik menjadi merdeka dan bebas memberikan ekspresinya. Contohnya pada materi teks laporan hasil observasi di SMP kelas 7. Pada materi ini, peserta didik diminta untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar baik itu mengobservasi makhluk hidup maupun para staf yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu materi cipta puisi, teks deskripsi, teks berita, dan lain sebagainya. Dengan begitu maka mereka dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan keterampilan dan kreativitas yang mereka miliki. Peserta didik tidak merasa terkekang dan merasa tertekan dengan dijejali berbagai teori tanpa adanya praktik yang bermanfaat.
Maka dari itu untuk mencerminkan pemikiran Bapak Ki Hadjar Dewantara agar terwujud yaitu dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memilih dan memilah materi pelajaran yang mana yang akan dipelajari terlebih dahulu dan juga yang menarik bagi mereka. Karena hal tersebut sudah memberikan makna merdeka belajar bagi peserta didik.
Menurut saya, saya sudah menerapkan konsep pemikiran dari Bapak Ki Hadjar Dewantara pada bagian memberikan keleluasaan peserta didik dalam menyampaikan pendapat, tidak mengekang peserta didik, peserta didik tidak merasa tertekan atau terbebani dengan mata pelajaran yang saya ampu, jika ada materi yang menuntut peserta didik melakukan eksplorasi saya dan peserta didik akan melakukan kegiatan belajar mengajar di luar kelas seperti pada materi teks laporan hasil observasi, disitu peserta didik bebas memilih objek yang akan mereka observasi.
Nilai yang terdapat pada seorang guru yang dapat mewujudkan profil pelajar pancasila yaitu nilai-nilai guru penggerak
Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.
Kelima nilai dari Guru Penggerak adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid.
Nilai ini sendiri berkaitan erat dengan peran yang sudah kita pelajari di bagian sebelumnya. Nilai ini yang diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak.
Mandiri berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi.
Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang.
Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul semua pihak itu.
Inovatif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, masalah yang muncul pun juga semakin bervariasi. Untuk bisa mengatasi beragam masalah tersebut, diperlukan lah jiwa inovatif dari seorang Guru Penggerak, agar bisa datang dengan penyelesaian masalah yang mungkin tidak biasa namun tepat guna. Seorang Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran murid.
Berpihak pada murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri. Segala hal yang kita lakukan, harus tertuju pada perkembangan murid, bukan pada pemuasan diri kita sendiri, maupun orang lain yang berkepentingan. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll.
Komentar
Posting Komentar